Rindooot

Welcome to my blog!!! :D
Thank's for visit :*

Selasa, 29 Januari 2013

Tanggal Sejarah Dalam Hidupku


Tanggal Sejarah Dalam Hidupku
Rindy Triana

Kulihat kalender, tanggal 3 Januari.
Satu minggu lagi ulang tahun hubunganku dengan Kiki yang ke tiga tahun. Ku lihat Hp. Sepi. Tak ada telfon ataupun sms. Sudah beberapa hari ini kami bertengkar dan Kiki tak menghubungiku sama sekali. Aku menyesal karena waktu itu aku yang menyuruhnya untuk tidak usah menguhubungiku sampai kita berdamai. Dan Kiki mematuhinya. Tiga hari tanpa kabarnya. Aku merasa tak tenang. Apa yang sedang di lakukannya ? apa kabarnya ? banyak yang ingin aku tanyakan. Tapi aku terlalu gengsi untuk memulai menghubunginya.
Aku memutuskan untuk bertahan sampai malam ini. Kalau sampai malam ini Kiki tak menghubungiku, maka aku yang akan menghubunginya.
            Memang akhir-akhir ini kami sering bertengkar. Entah kenapa bisa seperti itu. mungkin jarak kami yang berjauhan menjadi salah satu alasannya. Sudah satu tahun lebih Kiki meninggalkan aku pergi ke Jogdja untuk melanjutkan mata kuliahnya di sana. Sementara aku, tetap mengambil kuliahku di Jakarta. Kami hanya bertemu dua atau tiga kali setiap dua bulan sekali. Banyak sekali alasan yang membuatku menjadi lebih sensitif terhadapnya. Rasa cemburuku melebihi segalanya. Sebenarnya aku tak perlu cemburu sperti itu, karena Kiki adalah orang yang selalu menepati janjinya. Lagi pula keluarga kami sudah saling mengenal. Akan tetapi, inilah aku. Kikipun sudah faham dengan sifatku. Mungkin dia sudah terbiasa mendengar aku cemburu dengan sesuatu yang belum jelas kepastiannya. Tapi hingga kini Kiki tetap mau bertahan denganku, dan kata-katanya yang slalu mampu menenangkan rasa cemburuku, slalu teringat hingga kini. Kiki slalu mengatakan “kamu itu bagian dariku. Percayalah, darahmu disini takkan pernah melupakan tubuhnya. Dia akan segera kembali ke hati yang slalu menunggunya. Dia akan kembali kepadamu wahai wanitaku !” dan kata-kata itu adalah kata-kata yang slalu bisa mendamaikan hatiku.
            Sekarang hari sudah malam, aku ketiduran di meja belajarku. Sekarang pukul 20.00. aku melihat Hp. 10 missedcall dan 1 sms. Semuanya dari Kiki.
            “Astaga, kenapa aku bisa gak kebangun sih?” aku mengutuk diriku sendiri, padahal Kiki sudah menelefonku sebanyak sepuluh kali. Arrrgggghhtt, aku menyesal sekali. Ku baca smsnya.
            “sayangku, sudah tidur ya ?” setelah membacanya, cepat-cepat ku telfon nomornya. Tersambung. Tak berapa lama kemudian, ada jawaban.
            “Hallo, sayang !” aku sangat berharap yang menjawab adalah Kiki, bukan teman satu kamarnya lagi seperti waktu itu.
            “iya, La ?” beruntung, benar Kiki yang menjawab.
            “aaahh, sayang maafin aku ya, tadi aku ketiduran.” Ku dengar Kiki malah tertawa.
            “kok ketawa sih ?”
            “mmm, nggak apa-apa kok. Iya-iya, aku udah tau, pasti kamu ketiduran lagi.”
            “maaf ya,” aku benar-benar merasa bersalah.
            “iya-iya bawel !”
            “ihh... apa kabar kamu disana ? baik kan ?”
            “iya baik-baik aja tuan putri, tuan putri sendiri ?” Kiki mulai merayuku dengan kata-kata gombalnya.
            “baik. Hmm... kamu kangen gak sama aku, tiga hari gak kasih kabar ?” ku dengar Kiki tertawa lagi.
            “kangen banget sayang !”
            “MISS YOU TOO, sayang !!!” kami melanjutkan obrolan kami hingga larut malam.
***
Dua hari kemudian. Tanggal 5 Januari.
Aku kembali menelefon Kiki.
            “iya, sayang ?”
            “kamu jadi pulang kan ?”
            “iya-iya Lylaku sayang ! aku bakalan pulang, tanggal 10 aku udah sama kamu lagi.” Aku lega mendengarnya. Setelah menyelesaikan acara menelefonnya, aku segera berangkat ke rumah orang tua Kiki. Hari ini, orang tua Kiki mengajakku mengukur baju untuk pertunangan kami di tanggal 10 nanti. Tepat di hari ulang tahun hubungan kami yang ke 3 tahun, kami akan melangsungkan pertunangan. Karena orangtuaku dan orangtua Kiki sudah menyetujui kami satu sama lain.
            Setibanya aku di rumah Orang tua Kiki, aku langsung di ajak masuk dan segera melakukan pengukuran baju dengan penjahit pribadi orang tua Kiki. Setelah selesai, aku di ajak ngobrol-ngobrol dengan mereka.
            “Lyla sudah telefon Kiki ?” mama Kiki menanyaiku.
            “oh, sudah ma.”
            “kemarin mama sudah telefon Kiki buat mastiin dia bisa pulang tepat waktu atau enggak. Tapi kamu udah telefon lagi, jadi baguslah, biar Kiki pulangnya tepat waktu, soalnya calon istri yang nelefon langsung.” Mama dan papa Kiki tertawa, akupun ikut tertawa.
***
Besoknya aku mulai sibuk, membantu keluarga Kiki menyiapkan segala perlengkapannya. Orang tuaku juga ikut membantu. Mulai dari undangan, makanan, dekorasi, dan hiburan. Semuanya sudah di atur secara matang. Saat sedang beristirahat duduk sendiri di pinggir kolam rumah Orang tua Kiki, Kiki menelefonku.
            “Hallo,”
            “Hallo, eneng cantik lagi sibuk ya di sana ?”
            “gak terlalu sibuk, sayang. Tapi lumayanlah, soalnya kamunya gak ada disini buat nemenin aku.” Aku ingin bermanja-manja sebentar dengan Kiki. Untuk melepas rasa kangenku yang semakin hari semakin besar.
            “maaf ya, sayang. Aku gak bisa nemenin kamu di sana. Tapi aku tetep nemenin kamu dari sini, gak apa-apa kan ?”
            “hmm... iya dech gak apa-apa. Tapi awas ya kalau kamu pulangnya telat,” ancamku kepada Kiki. Sepertinya Kiki terkekeh.
            “iya-iya tuan putri. Pangeran pulang tepat waktu. Tuan putri harus tampil cantik ya !” setelah mengucapkan kata-kata itu, telefon terputus.
            “Hallo, hallo ? sayang ? Kiki...?” aku kembali mencoba menghubungi nomor Kiki. Tapi tak dapat tersambung.
            “icchh kenapa sih , kok gak bisa nyambung ?” aku sibuk sendiri. Ku coba lagi dan lagi, tapi tetap tak bisa terhubung. Aku menyerah. Mungkin sedang terjadi gangguan sinyal. Aku masuk ke dalam rumah.
Malam harinya, ku coba menghubungi nomor Kiki lagi. Tapi tetap tak bisa. Ada apa sebenarnya ini ? huft, mungkin memang sedang terjadi gangguan jaringan. Aku memutuskan untuk langsung tidur. Karena besok aku harus kembali ke rumah orang tua Kiki.
***
Keesokan harinya, tanggal 7 Januari.
Di rumah orang tua Kiki. Aku kembali mencoba menghubungi Kiki. Akan tetapi masih tak bisa terhubung. Aku mulai merasa khawatir. Aku merasakan sesuatu yang tak enak mengganjal di hatiku. Saat mama Kiki lewat di sampingku, aku menanyakan apa mereka sudah menghubungi Kiki lagi. Dan mamanya juga mengatakan kalau nomornya tidak bisa di hubungi. Aku menceritakan kekhawatiranku kepada mamanya, dan mamanya juga mengatakan merasakan hal yang sama. Tiba-tiba Hpku berbunyi. Seseorang yang menghubungi dengan private number.
            “Hallo ?”
            “Hallo, sayang ! ini Kiki.”
            “Kiki, kamu kenapa, Ki ? kenapa nomor kamu gak bisa di hubungi ? aku cemas tau gak!”
            “maaf sayang, nomor aku udah gak bisa di pake lagi.”
            “kenapa gak bisa ? kok tiba-tiba gitu sih ?”
            “hmm... udahla gak penting, yang penting kamu baik-baik disana ya ! dan maaf kalau Kiki datengnya telat.”
            “kenapa emangnya ? ada perubahan jadwal pesawat, ya ?” ada sedikit nada kecewa dari ucapanku.
            “nggak. Pokoknya Kiki tetep pulang, tanggal 10 tetep udah di rumah, tapi mungkin agak telat, soalnya masih banyak orang yang butuh sama Kiki disini. Udah dulu ya sayang. Bye !” Kiki langsung memutuskan telefonnya. Aku semakin tak mengerti dengan apa yang di katakan Kiki. Lalu mama Kiki memanggilku.
            “kenapa, La ? tadi Kiki ?” ku lihat mama Kiki juga terlihat cemas karena melihat ekpresiku yang juga sedang merasa cemas.
            “iya, ma,”
            “terus ada apa ?”
            “gak tau ma, Lyla banyak gak ngerti sama apa yang Kiki ucapin. Yang jelas Kiki Cuma ngasih tau kalau Kiki datengnya telat kesini, ma” mama Kiki makin terlihat bingung.
            “loh kenapa ?”
            “katanya disana masih ada masalah yang harus Kiki selesain dulu.” Ku lihat, mama Kiki juga kecewa, tapi dia mencoba menyemangatiku.
            “yaudah gak apa-apa, yang penting Kiki pulang dengan selamat. Kamu tenang aja ya !” setelah mengatakan itu mama Kiki meninggalkanku sendiri di teras. Aku tetap merasa khawatir. Sebenarnya apa yang tlah terjadi dengan Kiki di sana ?
            “Kiki, kamu kenapa, sayang ?”
***
Tanggal 8.
Sejak semalam aku tak dapat tidur. Aku terus menunggu telefon dari Kiki. Ingin rasanya aku yang menelefon, akan tetapi kemarin Kiki sudah memberi tahu kalau nomornya sudah tidak bisa di pakai lagi. Pagi ini, aku merasa kurang enak badan, dan memutuskan untuk tetap dirumah saja. Di tengah-tengah lamunanku, Hpku berbunyi, kembali yang menelefon private number. Segera ku angkat.
            “Hallo, sayang !”
            “Hallo, sayang,”
            “sayang, kamu itu kenapa ? aku merasa gak enak banget. Apa yang udah terjadi sama kamu ?” aku tak dapat membendung tangisku. Kiki mendengar aku menangis.
            “kamu gak boleh nangis, sayang ! aku gak apa-apa kok. Bilangin sama mama juga ya, kalau Kiki gak apa-apa !”
            “Ki,”
            “iya, sayang ?”
            “kamu pulang sekarang aja ya !” aku benar-benar menginginkan Kiki agar pulang hari ini juga.
            “maaf sayang, aku gak bisa pulang hari ini. Nanti aja aku datengnya di anter.”
            “di anter sama siapa sayang ?” tangisku terus mengalir.
            “ssststttss, udah gak usah nangis !”
            “SAYANG !!!” tangisku malah semakin menjadi-jadi.
            “udah ya,  nanti Kiki telefon lagi.” Telefonnya langsung terputus.
            “Kiki ! Kiki !!!” aku meletakkan Hpku dan terus saja menangis. Ya Allah, ada apa ini ? kenapa perasaanku begini ? Kiki !!!
***
Tanggal 9.
Hari ini seharusnya Kiki sudah pulang ke Jakarta. Tapi, belum ada telefon lagi dari Kiki. Dimana dia sekarang ?
            “ma, Kiki bilang, Kiki gak apa-apa, mama gak usah khawatir. Itu yang Kiki pesanin tadi malem ke Lyla.” Mama Kiki menatapku.
            “tapi kenapa kamu sedih, La ?”
            “gak apa-apa, ma. Lyla Cuma khawatir aja, kenapa bisa jadi kayak gini.”
            “mama juga khawatir, La, tapi kita percaya aja. Kiki itu anak mama. Mama kenal Kiki. Dia pasti tepatin janjinya. Kiki pasti pulang.” Mama Kiki tersenyum, tapi aku juga melihat kesedihan di dalam senyumannya. Aku tau mama Kiki lebih merasakan kekhawatiran atas Kiki. Tapi dia tetap mencoba untuk tenang. Aku juga memaksakan diriku untuk tersenyum.
            Di teras rumah Kiki, aku menangis sendirian. Tiba-tiba mamaku menghampiriku.
            “kamu tenang aja, Kiki pasti pulang.” Aku langsung memeluk mamaku.
Beberapa saat kemudian Hpku berbunyi. Aku langsung terkejut.
            “mama ke dalem dulu, ya ?” mama langsung masuk ke dalam. Aku segera mengangkat telefonku. Belum sempat aku memulai, aku langsung medengar Kiki mengatakan sesuatu.
            “Lyla, Kiki sayang sama Lyla ! LOVE YOU !!!” suara isakku masih terdengar.
            “Lyla juga sayang sama Kiki ! Kiki sekarang dimana ?”
            “aku di hatimu, sayang ! Lyla gak usah khawatir, besok pagi-pagi sekali Kiki pulang ke Jakarta. Lyla dandan aja yang cantik, ya !”
            “iya-iya, sayang. kamu ati-ati di jalan ya, Ki ! aku nungguin kamu !” tak ada jawaban. Ku lihat Hpku, telefon sudah terputus. Aku hanya tertunduk dan masih menangis. Fikiranku tak karuan. Kali ini aku benar-benar merasakan ada sesuatu yang terjadi dengan Kiki. Ya Allah, semoga Kiki baik-baik saja ya Allah, lindungi dia !
***
Esok pagi. Tanggal 10 Januari 2011. tepat tiga tahun kami bersama, dan kami akan segera melaksanakan pertunangan.
            Pagi-pagi sekali aku sudah di hias dengan maksimal di rumah orang tua Kiki.
Pukul 09.00, tamu undangan sudah mulai berdatangan. Aku menguatkan diriku untuk keluar menyapa tamu-tamu dengan tersenyum. aku harus berpikiran positif kalau Kiki baik-baik saja. Aku keluar bersama mamaku sambil tersenyum seikhlas mungkin, tapi ku lihat mama, papa dan saudara-saudara Kiki mulai sibuk mencari cara menghubungi Kiki. Lalau mamanya menghampiriku.
            “La, Kiki udah telefon kamu belum pagi ini ?” ku lihat mama Kiki cemas sekali.
            “belum, ma, mungkin sebentar lagi.”
Setelah satu jam kemudian, tamu sudah mulai ramai. Aku duduk sendirian di pojok kamar Kiki, menunggu telefon darinya. Dan akhirnya Kiki menelefon.
            “Hallo, Lyla sayang, dengerin Kiki, ya !” mendengarnya aku hanya diam, dan Kiki melanjutkan bicara.
            “Kiki sayang sama Lyla ! maaf ya, beberapa hari ini Kiki udah buat Lyla, mama, papa dan orang-orang lain khawatir. Khusunya Lyla, Kiki udah buat Lyla nangis terus. Kiki minta maaf, ya. Hari ini Lyla cantiikk banget, Kiki minta Lyla jangan nagis lagi, ya ! ntar cantiknya luntur,” Kiki tertawa kecil, aku hanya mendengarkan sambil meneteskan air mata.
            “Lyla gak boleh sedih ! kamu itu bagian dariku. Percayalah, darahmu disini akan selalu menjadi milik tubuhnya. Dia akan segera kembali ke hati yang slalu menunggunya. Dia akan kembali kepadamu wahai wanitaku !” aku tersenyum setelah mendengar Kiki mengucapkan kembali kata-kata itu.
            “Sayang, cepet pulang ! aku mau meluk kamu, Ki,”
            “Lyla jangan sedih ya, Kiki bakal jagain Lyla ! sampai nanti Lyla udah temuin darah yang baru buat Lyla. Sampai saatnya Lyla udah punya penjaga Lyla yang baru.”
            “sayang kamu ngomong apa sih ?” aku semakin awet menangis. Air mataku tak dapat ku tahan lagi. Kali ini sampai tersedu sedan.
            “Kiki sayang Lyla ! LOVE YOU, Lyla !” telefon terputus.
            “Kiki ! Kiki ! Kikiii !!!!” aku menjerit-jerit memanggil namanya. Aku sadar apa yang Kiki maksud. Perasaanku selama ini ternyata benar. Kiki kamu di mana, Ki ???
            “KIKI !!!!” mamaku, mama Kiki dan beberapa orang lainnya masuk ke kamar Kiki setelah mendengarku berteriak-teriak.
            “kamu kenapa, sayang ?”
            “Lyla kamu kenapa ? kenapa Kiki ?”
Aku langsung memeluk mamaku. Dan terus menatap mama Kiki.
            “ma, Kiki, ma !” mamaku ikut menangis. Sementara mama Kiki terus memerhatikanku.
            “iya, Kiki kenapa, La ?”
            “Kiki, ma,” aku tak dapat menjelaskan apa yang telah terjadi. Tiba-tiba orang-orang di luar memanggil kami. Mereka mengatakan kalau beberapa mobil datang kemari. Kamipun segera keluar rumah, dan yang ku lihat adalah mobil pengantar jenazah dan beberapa mobil polisi.
            “selamat siang, pak, buk ! apa benar ini dengan bapak Sultan dan ibu Rahayu ?”salah seorang polisi menghampiri papa dan mama Kiki.
“iya benar.” Papa Kiki menjawab.
“ada apa ya, pak ?” mama Kiki bertanya sambil meneteskan air mata.
“kami dari pihak kepolisian memberitahukan kalau anak bapak dan ibu, atas nama Risky Saputera, meninggal dalam kecelakaan lalu lintas dua hari yang lalu di Jogdjakarta.” Setelah mendengar polisi itu mengatakan itu, mama Kiki langsung jatuh pingsan. Akupun sudah tak kuat lagi berdiri, tapi aku menguatkan diri untuk mendekati keramaian.
“innalillahiwainnailaihiraji’un,” papa Kiki langsung menangis. Setelah mayat Kiki di keluarkan dari dalam mobil Jenazah, aku merasakan sesak di dadaku. Pandanganku menjadi samar-samar, orang-orang di sekelilingku menangis, mama dan adik Kiki jatuh pingsan. Mungkin aku juga akan jatuh pingsan, tapi ku dengar polisi tadi menyebut namaku.
“maaf, sebelum meninggal, almarhum menitipkan ini untuk tunangannya.” Polisi itu mengeluarkan selembar sepasang cincin di dalam kotak cincin, selembar poto dan sebuah surat. Belum sempat surat dan poto itu sampai kepadaku, ku rasakan kakiku melayang dan pandanganku semuanya gelap.
***
7 hari setelah Kiki meninggal. Setelah usai acara tahlilan di rumah orang tua Kiki, aku masuk ke dalam kamar Kiki dulu.
Aku duduk di kursi belajar yang ada di pojok kamar. Ku lihat disana masih terpasang beberapa poto Kiki dan sebuah poto yang isinya Kiki sedang bersamaku sewaktu kami SMA. Aku menangis melihatnya.
            Ku keluarkan poto dan surat dari dalam saku celanaku. Semenjak surat dari Kiki ini sampai padaku aku belum pernah membacanya, dan malam ini aku baru akan membacanya.









Lyla sayang,
Kiki minta maaf ya udah ninggalin Lyla sendirian di Jakarta. Maaf juga karena akhir-akhir ini Kiki sering buat Lyla sedih. Kiki sayang sama Lyla. Sewaktu kamu baca surat ini, kita pasti udah jadi sepasang tunangan yang resmi. Dan kamu pasti udah dandan yang cantiikk banget. Makin sayang deh aku sama kamu J
Kiki janji, setelah kita tunangan, Kiki bakalan jagain Lyla sampe Lyla jadi milik Kiki sepenuhnya. Sampe Kiki sama Lyla jadi kakek nenek, sampe nyawa Kiki udah gak ada lagi.
Oh iya, nanti baca suratnya yang keras ya di samping Kiki J
            Hehehe...
LOVE YOU LYLA !!!
And Happy Anniversarry , sayang !


                                                            Kiki,                                       

 
            “Lyla sayang,
Kiki minta maaf ya udah ninggalin Lyla sendirian di Jakarta. Maaf juga buat kali ini. Kiki udah sering buat Lyla sedih. Kiki sayang sama Lyla, kita jadi tunangan atau enggak tetep sama aja. Sampai kapanpun, bagi Kiki, Lyla teteplah darah bagi tubuh Kiki. Lyla jangan sedih ya ! Kiki bakalan slalu jagain Lyla.
Lyla gak usah bingung sama surat dari Kiki ini. Tapi entah kenapa waktu Kiki nulis surat ini, Kiki rasa Cuma ini yang bisa Kiki kasih ke Lyla sebagai perwakilan dari Kiki.
LOVE YOU LYLA !!!



Aku tersenyum setelah membacanya, lalu ku lihat potonya. Yaitu poto kami berdua di saat ulang tahun hubungan kami yang ke dua. Aku merindukan masa itu, aku merindukannya. Mataku tak bisa lepas dari poto itu, tanpa ku sadari air mataku menetes membasahi poto itu.
Tepat hari itu. Tanggal 10 Januari 2011, tepat 3 tahun kami bersama. Dan di tanggal itu pula dia pergi meninggalkanku.
            “Kiki, pulang, Ki ! Aku kangen kamu. Kamu gak boleh ninggalin aku. Sayang, cepet pulang ! aku butuh kamu disini !!!”

L L L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Boleh titip kritik atau saran ! :)